Nusantaratv.com - Xiaomi resmi terjun ke arena pengembangan baterai solid-state dengan mematenkan desain elektroda berlapis baru.
Inovasi ini bertujuan meningkatkan konduktivitas ionik dan kepadatan energi, dua tantangan utama dalam pengembangan baterai generasi terbaru ini.
Dikutip dari CarNewsChina, Sabtu (14/6/2025), paten tersebut menggambarkan struktur elektroda yang menggabungkan kolektor arus dengan beberapa lapisan material aktif, agen konduktif, pengikat, serta elektrolit padat berbasis polimer dan garam logam.
Elektrolit ini meresap hingga ke dalam lapisan elektroda, mempersingkat jalur pergerakan ion dan meningkatkan efisiensi kinerja.
Menariknya, teknologi ini tetap kompatibel dengan jalur produksi baterai litium yang ada, membuka peluang untuk produksi massal yang lebih mudah.
Prototipe baterai Xiaomi juga mendukung arsitektur Cell-to-Body (CTB), menawarkan efisiensi volume hingga 77,8%.
Dengan tinggi hanya 120 mm, termasuk bagian lantai kendaraan, paket baterai ini dirancang untuk memaksimalkan ruang dan distribusi bobot.
Xiaomi mengklaim baterainya mampu menempuh lebih dari 1.200 km dalam satu kali pengisian daya (berdasarkan standar CLTC), serta bisa menambah jarak 800 km hanya dalam 10 menit pengisian cepat.
Langkah ini menempatkan Xiaomi sejajar dengan para pemain besar seperti CATL, BYD, Toyota, SAIC, dan BMW yang juga sedang mengembangkan baterai solid-state.
BMW sudah menguji prototipe i7, sementara Toyota dan SAIC menargetkan produksi awal mulai 2027.
Baterai solid-state, yang menggantikan elektrolit cair dengan material padat, menjanjikan peningkatan dalam hal keamanan, stabilitas termal, dan kepadatan energi.
Namun, teknologi ini masih menghadapi berbagai tantangan, seperti rendahnya konduktivitas ionik dan potensi pembentukan dendrit litium.
Saat ini, riset tengah difokuskan pada tiga jenis elektrolit padat, yakni sulfida, oksida, dan polimer, masing-masing dengan kelebihan dan tantangan tersendiri.
Paten terbaru Xiaomi menunjukkan potensi besar dalam mengatasi hambatan pengisian cepat, terutama dalam penggunaan elektroda tebal.
Ini membuka jalan bagi Xiaomi untuk mengembangkan baterai solid-state internal bagi kendaraan listrik masa depannya, seperti penerus model SU7, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pemasok seperti CATL dan BYD.
Meski adopsi skala besar diprediksi belum akan terjadi sebelum 2030, kehadiran Xiaomi memperkuat sinyal jika era baterai solid-state semakin dekat dengan kenyataan.