Nusantaratv.com-Serangan Israel pada Rabu (2/7/2025) menewaskan Direktur Rumah Sakit Indonesia, klinik utama di utara Gaza yang dilanda perang.
Dr. Marwan Al Sultan tewas di apartemennya di Kota Gaza bersama istri, anak perempuan dan menantu laki-lakinya.
Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan tujuh orang tewas dalam serangan Israel pada Rabu sore 2 Juli 2025 termasuk Direktur Rumah Sakit Indonesia Dr. Marwan Al Sultan tewas di apartemennya di Kota Gaza bersama istri, anak perempuan dan menantu laki-lakinya.
Pembunuhan itu memicu kecaman dari Hamas dan Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas tempat pasukan Israel bertempur untuk menghancurkan kelompok militan Palestina.
Komite Penyelamatan Medis kelompok yang mengelola RS Indonesia menyebut pembunuhan dokter dan keluarganya sebagai pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan dan tindak pidana yang serius.
Jenazah Dr. Marwan Al Sultan dibawah ke Rumah Sakit Al-Shifa tempat para pelayat berkumpul di sekitarnya. Putri almarhum yang selamat Lubna Sultan memberikan penghormatan terakhir kepada ayahnya di rumah sakit.
"Tiba-tiba dalam hitungan menit rudal F-16 langsung menargetkan kamarnya. Seluruh rumah baik-baik saja kecuali yang terkena rudal tersebut. Ayah saya dr. Marwan Al-Sultan, ibu saya, dr. Dhikra Nimr Al-Sultan dan satu-satunya saudara perempuan saya Lamis Marwan Al-Sultan menjadi martir," tutur putri dr. Marwan Al-Sultan, Lubna Sultan sambil menangis, seperti diberitakan Nusantara TV dalam program NTV Today.
"Seluruh hidupnya didedikasikan untuk pengobatan dan perjuangan merawat pasien dan tidak ada pembenaran untuk menargetkannya dan kesyahidannya," imbuhnya.
Sementara itu, Dirjen Kementerian Kesehatan di Gaza, dr. Munir Al-Barash meminta komunitas internasional untuk menghentikan kegilaan yang dilakukan oleh Israel.
"Membunuh dokter dan staf medis, mengepung rumah sakit dan membunuh pasien...hentikan kegilaan ini!" tegasnya.
Operasi militer Israel menargetkan Rumah Sakit Indonesia pada pertengahan Mei ketikan Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan generator listrik fasilitas tersebut sengaja dihancurkan.