Nusantaratv.com-Dalam upaya pemberantasan rantai kemiskinan, pemerintah melalui inisiasi Presiden Prabowo Subianto mendirikan Sekolah Rakyat di sejumlah daerah. Direncanakan ada 200 Sekolah Rakyat yang akan didirikan. Dan per Juli 2025 sudah ada 53 Sekolah Rakyat di berbagai daerah di Indonesia.
Namun di tengah misi mulai tersebut mencuat kabar tentang pengunduran diri sekitar 140 guru Sekolah Rakyat. Bahkan tak hanya guru, jumlah siswa yang mengundurkan diri juga cukup banyak.
Lantas apa yang sebenarnya terjadi?
Wamenko Polkam Lodewijk Freidrich Paulus menyatakan pengunduran diri para guru dan siswa itu suatu hal yang lumrah. Itu merupakan proses seleksi secara alamiah ketika mereka menghadapi tuntutan kinerja.
"Sebenarnya itu suatu hal yang lumrah. Saat ada tuntutan kinerja kepada mereka," kata Lodewijk Freidrich dalam wawancara khusus dengan tim program Abraham Nusantara TV di sela-sela kunjungannya meninjau kelengkapan fasilitas Sekolah Rakyat Inten Suweno, Cibinong, Jawa Barat.
Adapun soal para siswa yang mengundurkan diri, menurut Wamenko Polkam itu terjadi karena kemungkinan saat proses seleksi tidak sampai dilakukan tes psikologi. Untuk mengetahui apakah mereka tipikal anak yang homesick atau mudah kangen rumah.
"Apakah mereka orang-orang tipikal the homesick. Kangen rumah, kangen orang tua. Kita engga bisa saat itu," ujarnya.
Lodewijk mengatakan penting membangun pemahaman dalam diri para siswa Sekolah Rakyat yang menerapkan konsep asrama bahwa para guru adalah orang tuanya dan teman-temannya adalah saudara-saudara mereka.
"Itu yang harus terbangun," tandasnya.
Di sisi lain, kata Wamenko Polkam, apa yang terjadi adalah bagian dari seleksi alam.
Seleksi alam yang akan menentukan bahwa para siswa tersebut secara psikologis memang tidak siap.
"Seleksi ini kan tidak menuju ke situ. Kalau kami di Akmil ada tes psikologi. Itulah mungkin yang jadi hambatan. Tapi saya pikir engga ada masalah. Itu proses alam yang memang harus dilewati termasuk guru-gurunya. Karena mungkin ada kepentingan lain. Dan di sini ibu guru pak guru dituntut waktu untuk mengabdi kepada anak didik ini," tuturnya.
Di singgung soal kendala jarak dari tempat tinggal yang dihadapi para guru. Termasuk soal status dan kesejahteraan.
"Itu bagian yang harus dievaluasi. Sebenarnya boarding school ini apa bedanya sih dengan pesantren? Sama. Hanya pendekatan yang berbeda," pungkasnya.
Saksikan selengkapnya liputan ekslusif program Abraham Nusantara TV tentang penyelenggaraan Sekolah Rakyat dalam video di bawah ini.
Program Abraham Nusantara TV tayang setiap hari Senin pukul 20.00 WIB.