Nusantaratv.com – Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menegaskan bahwa perusahaan masih menjalin kemitraan dengan perusahaan energi asal Rusia, Rosneft, dalam proyek pembangunan Kilang Tuban, meskipun Rosneft tengah menghadapi sanksi dari Amerika Serikat (AS).
“Sejauh ini kami masih bekerja sama dengan mitra lama, yaitu Rosneft,” ujar Simon usai menghadiri pelantikan anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Simon menjelaskan bahwa proyek Kilang Tuban kini berada pada tahap Final Investment Decision (FID) bersama Rosneft. Hasil FID akan menentukan apakah proyek dapat dilanjutkan sesuai rencana atau perlu disesuaikan. “Kami menargetkan pembaruan informasi mengenai FID bisa disampaikan pada awal Desember mendatang,” tambahnya.
Pernyataan Simon sejalan dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, yang menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir terkait sanksi AS terhadap perusahaan migas Rusia yang berinvestasi di Indonesia.
Sanksi terbaru terhadap Rosneft dan Lukoil diumumkan oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada 22 Oktober 2025, sebagai tekanan terkait konflik Rusia–Ukraina. AS menekankan langkah ini untuk mendorong gencatan senjata sekaligus menekan sektor energi Rusia.
Meski demikian, pihak Rusia menilai sanksi tidak akan berdampak besar pada perekonomiannya. Utusan khusus Presiden Rusia, Kirill Dmitriev, menegaskan Rusia akan tetap melanjutkan kerja sama ekonomi yang telah direncanakan, termasuk dengan negara mitra seperti Indonesia.




Sahabat
Ntvnews
Teknospace
HealthPedia
Jurnalmu
Kamutau
Okedeh