Nusantaratv.com-Sebanyak 527 Prajurit Petarung muda Korps Marinir terdiri dari Siswa Pendidikan Pertama Bintara (Dikmaba), dan Siswa Pendidikan Pertama Tamtama (Dikmata) berhasil mencapai tonggak penting dalam perjalanan sejarah mereka usai menyelesaikan Pendidikan Komando (Dikko) Marinir angkatan 176 dan resmi memakai baret Ungu Korps Marinir. Upacara pembaretan yang dipimpin langsung Panglima Korps Marinir (Pangkormar) Letnan Jenderal TNI (Mar) Dr. Endi Supardi, S.E., M.M., M.Tr.Opsla., CHRMP., CRMP., di Pantai Baruna Kondang Iwak, Dusun Sumber Pucung, Desa Tulungrejo, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang Selasa (16/9/2025).
Kegiatan upacara pembaretan diawali Pasukan Upacara memasuki tempat Upacara, Penghormatan, Pataka Korps Marinir Jaleshu Bhumyamca Jayamahe memasuki tempat Upacara, Persiapan Pembaretan, Pemasangan pisau Komando dan Pembacaan Surat keputusan Pangkormar serta pembacaan Pidato Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno pada tanggal 15 November 1959 saat penyerahan Panji KKO Angkatan Laut dilanjutkan pembacaan surat pesan terakhir Usman Harun, Pemakaian Baret Korps Marinir oleh Inspektur Upacara, Pengucapan janji Prajurit Korps Marinir, Amanat, Pembacaan Doa.
Usai upacara, para Pejabat dan tamu undangan disuguhi atraksi demonstrasi pertempuran. Dengan penuh semangat, para prajurit muda menunjukkan kemampuan taktik militer, ketahanan fisik, serta mental baja yang telah digembleng selama pelatihan. Sorak-sorai semakin membahana saat yel-yel khas Korps Marinir diteriakkan dengan penuh semangat. Getaran suara mereka mengiringi langkah baru dalam perjalanan pengabdian mereka sebagai prajurit petarung Korps Marinir.
Sebelum mengenakan baret Marinir, para prajurit muda ini harus menempuh rangkaian pendidikan komando khas Marinir yang berat selama kurang lebih tiga bulan. Seluruh proses tersebut bertujuan untuk membentuk kesiapan fisik, mental dan karakter prajurit yang berani, tegas dan disiplin sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas ke depan yang semakin kompleks.
Lima tahapan latihan menjadi gerbang utama bagi mereka. Mulai dari tahap dasar komando mereka dibentuk untuk memiliki disiplin, keberanian, dan ketahanan fisik yang luar biasa. Tahap kemampuan dan ketahanan di laut, di mana mereka harus bertahan dalam kondisi ekstrem dan menguasai teknik bertempur di perairan. Tahap pertempuran hutan menuntut mereka untuk memahami seluk-beluk medan, bertahan di lingkungan yang sulit, dan mengasah kemampuan survival di tengah rimba yang penuh tantangan. Tahap keempat, mereka dididik dalam teknik dan taktik perang gerilya, sebuah seni bertempur yang mengajarkan mereka cara menghadapi musuh dengan strategi cerdas dan taktik yang efektif dan sebagai puncaknya, tahap lintas medan dari Banyuwangi menuju Pantai Baruna Kondang Iwak menjadi ujian akhir yang menguras tenaga dan mental, perjalanan panjang ini tidak hanya menguji fisik mereka, tetapi juga memperkokoh jiwa korsa dan solidaritas antar prajurit. Hanya mereka yang mampu melewati seluruh tahapan inilah yang akhirnya layak mengenakan baret ungu, simbol kehormatan dan kebanggaan seorang prajurit Korps Marinir sejati.
527 prajurit muda mengikuti upacara pembaretan (peloporwiratama.co.id)
Dalam amanatnya, Pangkormar meyampaikan bahwa perkembangan lingkungan strategis global saat ini penuh dengan gejolak, masih terjadi peperangan antar negara. Selain itu situasi keamanan di dalam negeri juga penuh dengan tantangan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kesiap-siagaan TNI terutama Korps Marinir sebagai salah satu Kotama Operasi TNI yang selalu hadir di setiap palagan dan memberikan hasil yang membanggakan.
“Pada hari ini kalian semua telah mengukuhkan identitas diri kalian sebagai prajurit Korps Marinir yang pada hakikatnya merupakan pasukan pendarat amfibi dengan kualifikasi kemampuan prajurit komando. Jadikan kehormatan ini sebagai motivasi untuk terus berkomitmen, berlatih dan berjuang demi kemuliaan dan nama baik Korps Marinir TNI Angkatan Laut," tegas Panglima Korps Marinir.
Diakhir sambutannya Panglima Korps Marinir menyampaikan beberapa penekanan kepada para prajurit muda Korps Marinir untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas ke depan.
Pembaretan ini bukan hanya simbol, tetapi juga wujud kesiapan para prajurit untuk ditempatkan di seluruh penjuru Indonesia. Mereka akan menjadi garda terdepan dalam menjaga kedaulatan bangsa, mengemban tugas di berbagai wilayah, baik darat, laut, maupun udara. Dengan semangat pantang menyerah dan jiwa pengabdian yang tinggi, mereka siap menjadi prajurit Marinir yang profesional, modern, dan tangguh, demi kejayaan NKRI.
Ada yang menarik usai kegiatan upacara pembaretan yaitu Sang Panglima mengecek dan membimbing seorang Bintara siswa marinir yang hafiz Alquran. Momen ini menunjukan bahwa setiap prajurit mengabdi kepada negara dengan dilandasi iman dan ketaqwaan.